TIMES AUSTRALIA, PACITAN – Upaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja produktif terus dilakukan UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Pacitan. Kali ini, BLK Pacitan berkolaborasi dengan Karang Taruna Kecamatan Donorojo untuk menyelenggarakan pelatihan fabrikasi pengelasan cetakan rooster.
Program tersebut berlangsung selama 10 hari dengan pembiayaan dari APBD 2025 senilai Rp50 juta.
Kepala UPTD BLK Pacitan, Abdul Kholiq, menjelaskan bahwa pelatihan ini ditujukan bagi tenaga kerja produktif dengan harapan mampu melahirkan wirausaha baru di bidang pengelasan. Total ada 16 peserta yang terlibat.
“Out put dari pelatihan ini adalah peserta bisa menguasai bidang pengelasan secara umum. Secara khusus, kami ingin mencetak fitter yang profesional dan siap bersaing di dunia kerja,” ujar Abdul Kholiq kepada TIMES Indonesia, Selasa (16/9/2025).
Menurutnya, pelatihan pengelasan menjadi salah satu program prioritas karena kebutuhan tenaga ahli di bidang manufaktur dan fabrikasi cukup tinggi. Selain itu, peluang usaha mandiri juga terbuka lebar bagi peserta yang benar-benar serius menekuni keterampilan tersebut.
Peserta tidak hanya mendapatkan materi teori dan praktik, tetapi juga difasilitasi berbagai kebutuhan selama pelatihan. Mulai dari modul pembelajaran, kaos seragam, bantuan peralatan, snack dan makan siang, hingga uang pengganti transport.
Di akhir program, setiap peserta juga akan memperoleh sertifikat pelatihan sebagai bukti kompetensi yang dimiliki.
“Dengan dukungan fasilitas yang lengkap, kami berharap peserta bisa lebih fokus dan termotivasi. Sertifikat yang diberikan juga bisa menjadi modal penting untuk melamar pekerjaan maupun membuka usaha sendiri,” tambah Abdul Kholiq.
Meski berjalan lancar, pihak BLK tidak menutup mata bahwa ada sejumlah kendala yang dihadapi. Salah satunya terkait sarana prasarana di tempat pelatihan yang harus menyesuaikan standar K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
“Fasilitas dan peralatan harus diinstal sedemikian rupa agar memenuhi standar K3. Ini penting untuk memastikan keamanan selama pelatihan,” ungkapnya.
Selain itu, kendala juga muncul pasca pelatihan. Abdul Kholiq menilai bahwa model kelompok usaha kurang cocok diterapkan dalam dunia fabrikasi dan manufaktur.
Menurutnya, dunia industri pengelasan lebih relevan menggunakan pola kerja berbasis kontrak antara pengusaha dan tenaga kerja.
“Harusnya role modelnya adalah satu pengusaha dan dua tenaga kerja dengan sistem yang sudah disepakati sejak awal. Dengan begitu, mekanisme kerja menjadi lebih jelas dan efisien,” tegasnya.
BLK Pacitan berharap melalui program ini, para peserta bisa langsung terserap di dunia kerja maupun membuka usaha sendiri. Pemerintah daerah melalui APBD juga diharapkan tetap memberikan dukungan, baik dalam bentuk pembiayaan maupun fasilitasi kerja sama dengan sektor industri.
“Tujuan akhirnya bukan sekadar pelatihan, tetapi bagaimana peserta benar-benar bisa produktif dan mandiri. Kalau ini berhasil, maka dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat, terutama dalam mengurangi angka pengangguran,” pungkas Abdul Kholiq. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Didanai APBD Rp50 Juta, Tenaga Kerja Produktif Dapat Pelatihan Kerja dari BLK Pacitan
Writer | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |