TIMES AUSTRALIA – Dewan Keamanan (DK) PBB dan pihak Lebanon memperingatkan bakal terjadi eskalasi dan ledakan besar dalam sesi pertemuan darurat, Jumat (20/9/2024) di New York, Amerika Serikat.
Pertemuan darurat DK PBB terwujud atas permintaan Aljazair, satu-satunya anggota Dewan Keamanan yang berasal dari Arab.
Gambaran itu, seperti dilansir Al Jazeera, terlihat tatkala Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, dalam pidatonya di depan Dewan Keamanan PBB tidak mengesampingkan bahwa Israel akan melancarkan serangan baru terhadap Hizbullah.
"Kami tidak akan membiarkan Hizbullah melanjutkan provokasinya," katanya.
Selama pertemuan darurat itu, Dewan Keamanan PBB memperingatkan tentang peningkatan eskalasi menyusul ledakan perangkat komunikasi di Lebanon dan serangan Israel di pinggiran selatan Beirut.
DK PBB menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
Sementara Menteri Luar Negeri Lebanon,Abdullah Bouhabib ikut dalam pertemuan tersebut menekankan, bahwa meledakkan ribuan perangkat komunikasi jarak jauh secara massal dan berbahaya, tanpa memperhatikan siapa yang membawanya atau siapa yang berada di dekatnya, merupakan metode pertempuran dan teror yang brutal yang yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Abdullah Bouhabib pun memperingatkan DK PBB Kmengenai ledakan besar yang akan terjadi.
Dalam pertemuan darurat itu, DK PBB juga mendengarkan dua pengarahan dari pejabat tinggi PBB mengenai perkembangan terkini di Lebanon dan kawasan.
Hari Jumat kemarin, Lebanon mengumumkan bahwa 14 orang tewas dan 66 luka-luka, termasuk sejumlah besar anak-anak dan wanita, oleh serangan Israel di pinggiran selatan Beirut.
Pertanda konflik lebih besar
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian, Rosemary Anne DiCarlo mendesak semua negara yang memiliki pengaruh terhadap Israel dan kelompok Hizbullah untuk "menggunakan pengaruh itu sekarang" untuk menghindari peningkatan kekerasan, dan memperingatkan bahwa kekerasan yang terus berlanjut mengancam pecahnya konflik yang lebih destruktif dibandingkan apa yang disaksikan sekarang.
"Kita berisiko melihat kebakaran besar yang mungkin lebih kecil dibandingkan kehancuran dan penderitaan yang kita lihat sejauh ini," tegas DiCarlo kepada DK PBB yang beranggotakan 15 negara itu.
"Belum terlambat untuk menghindari kebodohan seperti itu. Masih ada ruang untuk diplomasi. Saya sangat mendesak negara-negara anggota yang mempunyai pengaruh terhadap aktor-aktor tersebut untuk segera memanfaatkannya," tambahnya.
Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Volker Türk telah mengecam keras serangkaian ledakan mematikan perangkat komunikasi di Lebanon, dan mengatakan bahwa hukum internasional melarang ‘perangkap’ perangkat sipil seperti itu.
Dia menilai bahwa melakukan tindakan kekerasan yang bertujuan menyebarkan teror di kalangan warga sipil adalah kejahatan perang". Perang ada aturannya," tegasnya sembari menyerukan penyelidikan independen yang akurat dan transparan.
Turk juga mengatakan, "menargetkan ribuan orang secara bersamaan, baik warga sipil atau anggota kelompok bersenjata, tanpa mengetahui siapa yang membawa perangkat tersebut, lokasi mereka, dan lingkungan mereka pada saat serangan, itu melanggar hukum kemanusiaan internasional dan hukum internasional jika berlaku," ujar dia.
Menunggu Fakta
Sementara itu Amerika Serikat menyatakan sedang menunggu fakta-fakta terungkap.
Wakil Perwakilan AS di Dewan Keamanan, Robert Wood mengatakan, “Sampai fakta-fakta muncul mengenai insiden-insiden baru-baru ini, yang mana saya ulangi bahwa Amerika Serikat tidak memainkan peran apa pun, hal ini perlu dilakukan, agar semua pihak menahan diri dari tindakan apa pun.
"Tindakan yang akan menyeret kawasan ini ke dalam perang yang merusak," tambahnya.
Dia mengatakan, Amerika Serikat mengharapkan semua pihak untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan mengambil semua langkah yang wajar untuk mengurangi kerugian terhadap warga sipil, terutama di daerah padat penduduk.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat, Jumat (20/9/2024) kemarin dan menyerukan semua pihak, baik Israel maupun Hizbullah Lebanon untuk menahan diri karena dikhawatirkan terjadi eskalasi dan ledakan besar dalam perangnya. (*)
Writer | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |