https://australia.times.co.id/
Coffee TIMES

Gen Z Bukan Komunitas Politik Pemilu 2024

Tuesday, 06 February 2024 - 14:45
Gen Z Bukan Komunitas Politik Pemilu 2024 Sofia Hasna, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta.

TIMES AUSTRALIA, JAKARTA – Setiap lima tahun sekali, kita merayakan pesta demokrasi dan pada tahun 2024 ini, Pemilihan Umum (Pemilu) akan kembali diadakan. Kampanye dan debat para calon presiden dan calon wakil presiden sudah dimulai dengan strategi-strategi politiknya, untuk menarik perhatian dan suara masyarakat. 

Para pendukung dan pendengung di media sosial beramai-ramai mencoba memberikan pesan politik, dengan beragam bentuk informasi yang disampaikan khususnya untuk para pemilih pemula. Dalam hal ini, pada pemilu 2024 gen Z menjadi suara penentu keberhasilan para kandidat yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif, hingga calon presiden dan wakil presiden. Ini disebutkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa mayoritas pemilih pemula didominasi oleh kelompok generasi milenial dan generasi Z. 

Menurut Data KPU, pada Pemilu 2024, pemilih generasi milenial sebanyak 66.822.389 atau 33,60%, dan generasi Z sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total keseluruhan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu se-Indonesia.

Hal yang perlu menjadi catatan adalah generasi z merupakan generasi yang dilahirkan pada tahun 1995 hingga 2000-an. Sementara sekitar 22,85% di dalamnya masih banyak yang belum pernah mengikuti pencoblosan pada Pemilu periode sebelumnya. Ini menjadi rentan untuk menjadi target komoditas politik yang minim gagasan, namun terlalu banyak strategi dalam marketing politik untuk memikat para generasi ini. Sebagai contoh, kini para kandidat berlomba-lomba untuk melakukan gimmick politik.  

Komoditas erat kaitannya dengan ekonomi politik media. Vincent Mosco menjelaskan bahwa komoditas memiliki nilai atas kegunaannya, berdasarkan konstruksi sosial dan memiliki fungsi nilai keuntungan dalam pasar. Pada penjelasan ini, jika dikaitkan bahwa secara konstruksi sosial generasi Z memiliki nilai guna dan keuntungan dalam pasar Pemilu 2024, generasi Z kini merupakan target dan memiliki nilai dalam pemenangan suara bagi para calon legislatif maupun calon presiden-wakil presiden.

Dalam ranah komunikasi, komoditas politik pada fenomena Pemilu 2024 ini erat kaitannya dengan "komodifikasi khalayak", yaitu upaya praktik umum dengan cara membuat konten dengan kualitas terbaik, sehingga terdapat kecenderungan untuk dikonsumsi khalayak, yang dapat diraih melalui media, baik media arus utama maupun non arus utama. 

Jika melihat kedua terminologi tersebut, menunjukkan bahwa generasi Z bukan khalayak aktif, melainkan khalayak pasif yang rentan terhadap paparan konten politik yang dilakukan oleh para calon dan pendukungnya. Selain itu, generasi Z bukan sekedar target, namun juga sebagai subjek atas apa yang dikonsumsi berupa informasi atau pesan politik yang belum tentu benar atau terlalu bersifat subjektif. 

Perberat Konten Gagasan Politik sebagai Pendidikan Politik bagi Gen Z

Keriuhan komunikasi yang terjadi di media sosial pada iklim politik tahun 2024 ini menjadikan informasi yang berlimpah (overwhelming information), sehingga sangat sulit bagi masyarakat untuk meyakini informasi yang akurat dan objektif terhadap fenomena Pemilu 2024. Media sosial kini merupakan media episentrum bagi masyarakat. Hadirnya aplikasi seperti Twitter, Instagram hingga Tiktok menjadi motivasi dan strategi para calon untuk berlomba-lomba membuat kreasi konten, agar masyarakat khususnya generasi Z sebagai pengguna aktif media sosial terpengaruh secara kognisi hingga sikap. 

Kejadian yang menjadi keresahan selama masa kampanye Pemilu 2024 ini adalah banyaknya konten gimmick politik yang ditawarkan oleh masyarakat khususnya gen z di media sosial. Sebagai contoh, adalah konten ‘joget gemoy’ oleh pasangan calon nomor 2, Prabowo-Gibran yang membuat hanyut para generasi dunia maya ini menjadi tertarik, yang padahal minim gagasan. 

Hal yang memilukan ketika viral di media sosial tentang ke’iba’an dan haru tangis para penonton debat capres pada tanggal 7 Januari 2024 terhadap Calon Presiden Prabowo Subianto. Generasi z terlampau hanyut akan drama politik, serta tidak terlalu muncul gagasan politik pada Pemilu 2024.

Kemudian muncul fenomena ‘Anies Bubble’ yang trending di media sosial X, sebagai bentuk ‘KPOPisasi’ politik Pemilu 2024. Fenomena ini berhasil menarik perhatian penggemar K-Pop. Namun, penggemar K-Pop dapat minim menangkap gagasan politik yang ditawarkan. 

Seharusnya, media sosial dapat menjadi sarana pendidikan atau literasi politik bagi pemilih pemula, khususnya generasi Z. Minimnya gagasan politik pada konten kampanye para calon legislatif dan Calon Presiden-Wakil Presiden sama dengan minimnya pendidikan politik. Padahal sudah seharusnya para calon pemimpin mencerdaskan bangsa melalui kontestasi ini.

Media Politainment Penghambat Arus Gagasan Politik Berkualitas

Informasi yang beredar di media sosial yang berkaitan dengan Pemilu 2024 mayoritas bukanlah informasi yang bersifat komprehensif, namun bersifat periodik. Terlebih ketika media arus utama dan media online memberitakan kejadian-kejadian dramatis pasca debat Capres-Cawapres. Ini diperkeruh dengan para politikus yang turut mengomentari panggung politik debat Capres-Cawapres. 

Media saat ini bersifat Politainment, yakni politik-infotainment yang lebih menayangkan pemberitaan politik dan bukan memberikan fungsi pendidikan politik, serta overdosis hiburan politik layaknya pemberitaan selebriti. Hal ini yang menjadi penghambat arus informasi gagasan politik yang berkualitas, khususnya pada pemilih pemula di tahun 2024. Seharusnya media sebagai gatekeepers mampu memberikan kualitas informasi politik yang bersifat edukatif dan kritis. 

***

*) Oleh : Sofia Hasna, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Writer : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Latest News

icon TIMES Australia just now

Welcome to TIMES Australia

TIMES Australia is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.