https://australia.times.co.id/
Coffee TIMES

Pandemi Global dan Quo Vadis Mahasiswa

Saturday, 21 March 2020 - 16:29
Pandemi Global dan Quo Vadis Mahasiswa Dery Dirmanus, Mahasiswa Ilmu Filsafat Sekolah Tinggi Filasafat Katolik Ledalero Maumere NTT.

TIMES AUSTRALIA, MAUMERE"Cogito ergo sum!"_Rene Descartes.

Kredo Filsuf Descartes di atas mau menggambarkan eksistensi kita sebagai makhluk berpikir. Saya berpikir maka saya ada! Rene Descartes serentak mempertanyakan keberadaan kita dan bagaimana kita mencari cara agar menjadi manusia eksis di tengah dunia. Pada titik ini dengan gamblang ia menggugah kompetensi akal budi atau rasio sebagai yang terberi oleh Sang Pencipta kepada kita. Setelah mendapatkan akal budi itu, kita pun diharapkan untuk berpikir. Menjadi makhluk berpikir tentu saja menjadikan diri kita sebagai makhluk rasional yang mana mampu melihat kehidupan dan masalahnya dengan kaca mata rasionalitas. 

Yang menarik bahwa persoalan yang ada di dunia jauh panggang dari api rasionalitas. Merebaknya ekses negatif pandemi global seperti virus Corona misalnya, mengafirmasi tesis ini. Pandemi global ini kemudian dibaca sebagai irasionalitas sebab ia sungguh tidak bisa diterima oleh rasio kita. 

Betapa tidak. Pandemi global yang berasal dari unsur kimia yang dibuat dan kemudian disalahfungsikan oleh manusia tersebut mampu meregang begitu banyak nyawa tak bersalah, mengeruk habis seluruh finansial kita karena harus membayar rumah sakit, atau bahkan menggiring kita kepada pesimisme hidup. Dampak yang terakhir ini begitu terasa bagi seluruh pasien Corona. Semangat mereka untuk hidup lebih lama di dunia pun kemudian harus dihanguskan dengan panasnya api pandemi global tersebut.

Selain itu, pada lingkup pendidikan, kita dapat menjumpai dampak berarti dari Corona sebagai pandemi global itu. Di dunia akademisi kampus misalnya dibuatlah aturan untuk melakukan kuliah daring bagi mahasiswa sebagai cara dalam menghindari pandemi tersebut. Sekali lagi, munculnya aturan ini ialah sesuatu yang menarik yang terjadi sebab ia mempertanyakan dan sekaligus mengguncang akal mahasiswa sebagai makhluk berpikir metodis-sistematis. Pada aras ini mendaratnya pertanyaan berikut bagi mahasiswa ialah sesuatu yang pasti untuk mengatasi pandemi global itu. Quo vadis mahasiswa?

Sebagai manusia yang berpikir dengan memakai metode sistematis, mahasiswa mesti berpikir berbeda dengan manusia lain. Pemikiran yang berbeda dari mahasiswa mestinya muncul dengan perspektif kebaruan dan solutif. Sudah saatnya sebagai mahasiswa, kita didesak untuk keluar dari cara pikir manusia lain di mana hanya mengatasi Corona sebagai pandemi global secara kuratif bukannya preventif-solutif. 

Hemat saya, sudah saatnya kita (baca: mahasiswa) berusaha melampaui pandemi global yang berbahaya ini. Pertanyaan seputar ke manakah arah perhatian kita terhadap orang-orang yang harus menderita karena virus tersebut merupakan keniscayaan dalam cara berpikir kita. Pada konklusi ini, radikalisme pemurnian teori pada aras kampus mestinya mendarat pada aras praktis-pragmatis di kehidupan nyata.

Sekali lagi, kredo Descartes mesti menjadi solusi dengan kaca mata yang agak berbeda: "Mahasiswa berpikir, maka ia ada!"

***

*) Penulis adalah Dery Dirmanus, Mahasiswa Ilmu Filsafat Sekolah Tinggi Filasafat Katolik Ledalero Maumere NTT.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Writer :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Latest News

icon TIMES Australia just now

Welcome to TIMES Australia

TIMES Australia is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.