Coffee TIMES

Pemuda sebagai Corong Komunikasi antara Pemerintah dengan Rakyat

Sunday, 09 February 2020 - 19:22
Pemuda sebagai Corong Komunikasi antara Pemerintah dengan Rakyat Bambang Suherly, Sekretaris Umum MD KAHMI Belitung Timur

TIMES AUSTRALIA, YOGYAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional ke-35 yang dihelat di Kalimantan Selatan, tak ada salahnya kita ikut menyikapi persoalan kebangsaan yang terjadi di tanah air dalam minggu terakhir ini. Di mana Indonesia dihebohkan dengan pemulangan WNI dari Wuhan oleh pemerintah NKRI pasca negeri tiongkok Cina diserang virus yang sangat membahayakan yaitu virus corona yang hingga kini belum ditemukan obatnya.

Bagaimana tidak heboh, hampir 3 hari masyarakat kepulauan di ujung utara Indonesia yaitu Kabupaten Natuna memprotes keputusan sepihak dari pemerintah pusat. Karena menempatkan WNI Wuhan di karantina di daerah mereka sesuai standarisasi oleh WHO yang harus dilakukan selama 14 hari atau 2 minggu. Penolakan keras oleh masyarakat di daerah perbatasan tersebut diakibatkan karena mereka kaget dan khawatir wabah virus corona itu akan menjangkit ke mereka.

Alasan penolakan mereka pemerintah pusat memutuskan tempat karantina tersebut tanpa koordinasi dan sosialisasi terlebih dahulu ke pemerintah daerah Natuna dan masyarakat bahwa tempat yang pas itu adalah Natuna karena daerah perbatasan dan fasilitas pangkalan militer terlengkap di Indonesia.

Sementara bagi masyarakat Kabupaten Natuna sendiri, hal ini sangat meresahkan dan membuat mereka berpikir, atas dasar apa pemerintah RI memutuskan WNI dari Wuhan harus dikarantina di wilayah mereka. Ssementara menurut keterangan pemerintah, mereka yang dikarantina dipastikan bukan yang terkena virus corona.

Kalau begitu, kenapa dipulangkan saja ke daerah mereka masing-masing apabila mereka dalam kondisi sehat. Wajar kalau mereka menolak sampai 3 hari berturut gelombang unjuk rasa oleh masa aksi yang tergabung dari unsur masyarakat Natuna yaitu dari DPRD, tokoh muda dan masyarakat lainnya. Sampai Wakil Bupati Natuna sendiri sampai dibully akibat ikut menolak keputusan dari pemerintah pusat dan Natuna disebut tidak NKRI.

Sementara itu, di lain sisi tokoh masyarakat Natuna yang juga pakar kemaritiman Rodhial Huda muncul dengan versi yang berbeda untuk menjelaskan kepada seluruh masyarakat Indonesia di TV One. Ia mengatakan jangan ragukan ke-NKRI-an dari Natuna sendiri, karena mereka dulu di tahun 1975 pernah menampung para tahanan Vietnam dan sekarang hidup bersama dengan mereka begitu juga daerah transmigrasi di Natuna sendiri sekarang sudah kecamatan sendiri.

Apalagi yang diragukan dari kami. Cuma masyarakat ingin hal ini harus disosialisasi terlebih dahulu jangan mendadak seperti ini. Sekarang Natuna dipuji sangat manusiawi dan NKRI karena mau menerima daerah mereka sebagai tempat karantina WNI dari Wuhan. Lupakan persoalan Natuna yang sudah teratasi dan kita kembali ke persoalan pers ini. Dimata khalayak pers terkesan berat sebelah karena lebih mendahului yang mana yang bayar lebih sehingga konten dari isi media sering tidak berimbang. Nah sampai disini dimana peran kita masyarakat dalam melihat media sebagai corong publikasi kepada semua orang dalam mengakses dan update pemberitaan yang ingin diketahui.

Pemuda sebagai agen of change semestinya bisa memilah media mana yang pas untuk dikonsumsi. Dan juga sebagai lokomotif perubahan di negeri sebagai pewaris yang akan meneruskan dan melanjutkan perjuangan pembangunan harus hadir menjadi corong antara pemerintah dan rakyatnya. Karena dengan memainkan peran sebagai mediator inilah membuktikan bahwa pemuda tidak boleh dianggap sebelah mata. Pemuda jangan mudah terpancing isu-isu  negatif yang akan memecah belah persatuan Indonesia. Justru peran pemuda sebagai pelopor perubahan dan perekat persatuan inilah yang diharapkan di zaman milenial ini.

Kita lihat Presiden Jokowi mempercayakan kepada banyak tokoh muda untuk mengisi pos kementerian untuk membantu beliau dalam melaksanakan program pemerintah yang harus disampaikan dan diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Pak Presiden perlu orang yang energik dan cekatan dalam pergerakan sehingga kaum muda diberikan porsi di kabinet Indonesia Kerja jilid 2 ini. 

Sekarang banyak kita lihat di eksekutif maupun legislatif di pusat sampai daerah kabupaten/kota banyak anak muda yang menjadi kepala daerah dan Ketua DPRD. Ini membuktikan bahwa inilah eranya mereka sudah harus siap menghadapi tantangan zaman dan tanggungjawab yang dibebankan oleh rakyatnya untuk melanjutkan estafet kepemimpinan nasional dan daerah.

Dengan peringatan hari pers nasional ini diharapkan pemuda jangan terjebak hoax yang menyesatkan dan kunci dari tugas mulia mereka sebagai ahli waris negeri ini adalah ilmu agama dan mental yang kuat. Sebab seorang yang kuat mentalnya maka tidak akan terjerumus dalam perilaku yang salah seperti miras, korupsi dan ujaran kebencian kepada oranglain. Seorang pemuda calon pemimpin negeri haruslah berfikir maju, positif dalam memaknai perbedaan dan tidak mudah menyerah.

Terakhir penulis berharap Republik Indonesia tercinta ini lebih mengakomodir anak-anak muda potensial untuk mengisi peran dijabatan manapun agar kita bisa melihat sebuah perubahan yang baik seperti layaknya orangtua ingin anaknya menjadi sukses dan juga kebanggaan orangtua. (*)

 

*) Penulis adalah Bambang Suherly, Sekretaris Umum MD KAHMI Belitung Timur

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

Writer :
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Latest News

icon TIMES Australia just now

Welcome to TIMES Australia

TIMES Australia is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.