TIMES AUSTRALIA, PACITAN – Kalau bicara pantai di wilayah Kabupaten Pacitan, pasti orang langsung menyebut Klayar atau Watu Karung. Yang sudah kondang, yang jalannya enak, yang fotonya beredar di mana-mana. Tapi, kalau Anda mau suasana lain - yang lebih sunyi, lebih liar, lebih terasa seperti menemukan harta karun - maka Pantai Platar di Sudimoro jawabannya.
Jangan bayangkan Anda akan menemukan pantai dengan pasir putih halus seperti di brosur pariwisata.
Pantai Platar ini lebih dari sekadar pasir dan ombak. Ia punya sesuatu yang jarang dimiliki pantai lain: sabana luas yang menghampar sampai ke batas cakrawala. Ini bukan pantai biasa, ini pantai dengan sentuhan padang rumput - sebuah kombinasi yang langka.
Kalau ke sini, siap-siaplah untuk menguji kesabaran. Dari Kota Pacitan, perjalanan bisa memakan waktu 1 hingga 1,5 jam. Bisa pakai motor, bisa pakai mobil.
Tapi jangan harap perjalanan yang mulus. Jalanannya masih tanah dan berbatu, beberapa bagian agak licin kalau habis hujan. Mau tidak mau, Google Maps jadi pemandu terbaik, karena rambu-rambu nyaris tidak ada.
Namun, kalau sudah sampai, rasa lelah itu langsung terbayar lunas. Laut biru jernih menyambut, diapit padang rumput yang menggelar karpet hijau luas. Ini bukan pemandangan yang biasa ditemukan di pantai selatan Jawa.
Berbeda dengan pantai-pantai mainstream, Pantai Platar masih jarang dikunjungi. Tak ada tiket masuk, tak ada petugas parkir, tak ada warung-warung yang menjajakan kopi atau mi instan. Yang ada cuma alam yang nyaris tak tersentuh, suara debur ombak, dan angin yang membawa aroma garam dari laut.
Wisatawan lokal asal Tegalombo, Yazid adalah salah satu dari sedikit orang yang sudah mencicipi keindahan Pantai Platar. “Saya merasa kagum dengan keindahan pantai ini. Walaupun akses jalannya masih sulit, tetapi tempat ini sangat cocok untuk mencari ketenangan dan keindahan,” ujar Yazid, Rabu (12/2/2025).
Dia tahu pantai ini dari TikTok, tempat di mana rahasia-rahasia kecil dunia sering terbongkar. "Semoga ini mendapat perhatian dari pemerintah agar lebih terawat dan dikembangkan sebagai destinasi wisata di Desa Pager Kidul," harapnya.
Tak Ada Fasilitas, Hanya Alam dan Angin Laut
Jangan berharap kenyamanan wisata modern di sini. Pantai Platar masih polos, masih perawan. Tidak ada toilet, tidak ada gazebo, tidak ada warung makan. Ini tempat untuk mereka yang benar-benar ingin merasakan alam dalam kondisi paling murni.
Pantai Platar adalah tempat di mana waktu berjalan lebih lambat. Tempat di mana seseorang bisa duduk berjam-jam memandang laut, tanpa merasa perlu membuka ponsel. Tempat di mana petualangan terasa nyata, bukan sekadar latar belakang untuk selfie.
Bagi yang suka fotografi, petualangan, atau sekadar ingin melarikan diri dari dunia yang sibuk, Pantai Platar Pacitan adalah pilihan yang sempurna.
Pantai Platar, sepotong surga di Kabupaten Pacitan ini bukan hanya soal pemandangan, tapi juga soal perasaan: perasaan menemukan sesuatu yang masih asli, yang belum tersentuh, yang masih menjadi bagian dari alam yang tak tergesa-gesa. (*)
Oleh: Muhammad Nur Rochman, Mahasiswa Magang Non Kependidikan STKIP PGRI Pacitan
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengintip Keindahan Pantai Platar, Sepotong Surga yang Masih Perawan di Pacitan
Writer | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |