TIMES AUSTRALIA, JAKARTA – Cupid, si bayi gemuk bersayap yang lucu dan selalu digambarkan dengan busur dan panah, adalah salah satu simbol paling ikonik Hari Valentine. Setiap Februari, sosoknya menghiasi kartu ucapan, dekorasi pesta, dan berbagai hal terkait Valentine. Tapi, tahukah Anda asal-usulnya yang menarik?
Asal-Usul Cupid: Dari Mitologi Yunani ke Romawi
Cupid yang kita kenal sekarang adalah adaptasi dari Eros, dewa cinta dalam mitologi Yunani. Awalnya, Eros digambarkan sebagai pemuda tampan, tetapi pada periode Hellenistik (323–31 SM), ia berubah menjadi bayi gemuk bersayap yang kita kenal saat ini.
Dikutip dari readers diggest, Dr. Catherine Connors, profesor klasik di University of Washington, menggambarkan Eros sebagai anak kecil adalah cara untuk "membatasi kekuatan cinta yang dianggap menguasai manusia."
Ketika mitos Yunani diadopsi oleh Romawi, Eros berganti nama menjadi Cupid, yang berasal dari kata Latin "cupido" yang berarti "hasrat." Meski namanya berubah, Romawi mempertahankan gambaran Cupid sebagai bayi gemuk yang kurang mengancam.
Siapa Cupid Sebenarnya?
Dalam mitologi Romawi, Cupid adalah putra Mercury (dewa pembawa pesan) dan Venus (dewi cinta). Dengan busur dan panahnya, ia menebar cinta dan gairah, memaksa siapa pun yang terkena panahnya untuk jatuh cinta. Dalam mitologi Yunani, Eros (nama aslinya) memiliki latar belakang yang lebih rumit. Beberapa cerita menyebutnya sebagai dewa purba, anak dari Chaos, sementara yang lain menganggapnya sebagai putra Aphrodite (dewi cinta) dan Ares (dewa perang).
Cupid dan Kisah Cinta yang Rumit
Meski kini Cupid identik dengan cinta romantis, awalnya ia tidak selalu dikaitkan dengan kisah bahagia. Dalam mitologi Yunani, Eros sering bermain dengan emosi dewa dan manusia, kadang dengan cara yang kejam. Salah satu cerita terkenal melibatkan Apollo yang jatuh cinta pada nimfa Daphne, tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan karena ulah Eros.
Cupid juga memiliki kisah cintanya sendiri dengan Psyche, yang dianggap sebagai personifikasi jiwa. Kisah mereka penuh dengan rintangan, termasuk kecemburuan Aphrodite, dan sering diinterpretasikan sebagai simbol transformasi cinta.
Cupid dalam Sastra dan Budaya Pop
Cupid tidak hanya menjadi simbol Hari Valentine, tetapi juga menginspirasi banyak karya sastra dan budaya pop. Salah satu representasi sastra terpanjang tentang Cupid ada dalam novel Latin karya Apuleius sekitar tahun 160 M. Kisah cinta Eros dan Psyche bahkan menjadi inspirasi untuk cerita "Beauty and the Beast."
Di era modern, Cupid menjadi ikon tak terpisahkan dari Hari Valentine. Sejak abad ke-19, gambarnya menghiasi kartu ucapan komersial, dan kini ia muncul di dekorasi, bunga, serta film-film romantis.
Mengapa Cupid Tetap Populer?
Meski memiliki sejarah yang rumit, Cupid tetap menjadi simbol cinta yang disukai banyak orang. Sosoknya yang lucu dan penuh makna—dari panah cinta hingga sayap yang melambangkan kecepatan dan keinginan—membuatnya cocok menjadi maskot Hari Valentine. Kini, setiap 14 Februari, wajah Cupid yang menggemaskan akan menghiasi segala hal yang berhubungan dengan cinta.
Jadi, saat Anda melihat Cupid di kartu Valentine atau dekorasi, ingatlah bahwa sosok ini memiliki sejarah panjang yang menghubungkan mitologi kuno dengan perayaan cinta modern. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Cupid, Simbol Cinta di Hari Valentine
Writer | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |